Para ulama’ tarikh dalam kitab mereka menceritakan kisah cinta Abdurrahman bin Abi Bakar yang pilu, yaitu saat beliau radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diprediksi, panah asmara Laila melesat dan menghunjam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhuma. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu jatuh cinta mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan Subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Laila yang telah menjadi tawanan peranagpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Bisa dibayangkan, betapa girangnya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu., pucuk cinta ulam tiba, impiannya kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. kepada ‘Aisyah istri Rasulullah yang merupakan saudari kandungnya.
Akan tetapi tidak begitu lama, Laila mengobati asmara Abdurrahman radhiallahu ‘anhu., ia ditimpa penyakit di mulutnya yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, menganga, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Laila pun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. radhiallahu ‘anhu. Mendapat pengaduan laila ini, maka ‘Aisyah pun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun radhiallahu ‘anhu. memulangkan Laila kepada keluarganya. (Disadur dariTarikh Damaskus milik Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal milik Al Mizzi 16/559, dengan sedikit gubahan)
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh Jalla wa ‘alaa…
Apakah anda ingin merasakan pahitnya hidup seperti Laila bintu Al Judi? Atau nasib yang semisal dengan Abdurrahman radhiallahu ‘anhu?
Tentu tidak!
Namun cermatilah akar permasalahan kisah diatas. Pertama, tidak menjaganya Laila bintu Al Judi martabat dirinya sebagai perempuan, mengumbar kecantikan, kemolekan, dan keindahan dirinya untuk umum sehingga ada yang terfitnah.
Dua, kurang bijaknya Abdurrohman dalam memilih tambatan hati karena fisiklah prioritasnya utamanya.
Mengapa ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya ada pada hadits berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” [HR Tirmidzi]